Seseorang
belajar menjadi anggota keluarga atau masyarakat melalui peroses sosialisasi.
Dalam sosialisasi orang menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur-unsur dari
faktor lingkungan sosial. Sosialisasi bermula dari lingkungan keluarga kemudian
meluas, lambat-laun membuat seseorang merasa menjadi bagian masyarakat.
Perasaan ‘menjadi bagian’ terjadi setelah dia berhasil menerima dan
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan unsur-unsur kebudayaan disekitarnya.
Apabila masyarakat berubah, dia pun akan menyerap dan menyesuaikan diri dengan
nilai-nilai dan unsur-unsur kebudayaan di sekitarnya. Apabila masyarakat
berubah, dia pun akan menyerap dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai baru
yang muncul bersama perubahan itu.
Sosialisasi
berlangsung seumur hidup manusia, secara bertahap, bukan seketika. Sedikit demi
sedikit pengalaman seseorang bertambah, nilai-nilai dan norma-norma sosial
mengalami proses internalisasi. Sejak dari kelahiranya hingga dewasa, seseorang
mengalami proses sosialisasi melalui tahapan-tahapan berikut ini.
a.
Tahap persiapan (Preparatory
Stage)
Pada saat seseorang dilahirkan,
dia sudah siap mengenal dunia sosialnya, termasuk siap memahami dirinya
sendiri. Pengenalan diri dan lingkungan terjadi berkat kemampuan berfikir.
Kemungkinan berfikir memungkinkan seorang bayi meniru beberapa hal yang dia
lihat atau yang dia dengar, walaupun masih belum sempurna. Kemudian semakin
berkembang, sehingga pada tahap berikutnya seorang anak mampu meniru hampir
semua prilaku orang dewasa yang ada di dekatnya. Ciri penting tahap persiapan
adalah interaksi seseorang terbatas dengan anggota keluarga dekat. Karna
keterbatasan ini, seorang anak belum memiliki kesadaran diri.
b.
Tahap Meniru (Play Stage)
Pada tahap ini seorang anak dapat
meniru berbagai tingkah secara sempurna. Anak perempuan berusia 3 – 5 tahun
mampu meniru tingkah laku wanita dewasa dalam bentuk permainan pasar-pasaran,
sedangkan anak laki-laki dalam usia sama biasanya suka bermain perang-perangan.
Dalam
permainan yang dilakukan, kesadaran diri anak mulai terbentuk. Mereka memahami
siapa dirinya, siapa orang tuanya, dan siapa saja saudara-saudaranya. Dia mulai
menyadari, bahwa dirinya mungkin anak kedua dalam keluarganya. Sebagai anak
kedua, dia menyadari bagaimana seharusnya bersikap kepada kaka atau adiknya. Sebagai
anak, dia mengharapkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Dia pun menyadari
sikap-sikap yang seharusnya ditunjukan kepada kedua orang tuanya. Dia pun
menyadari sikap-sikap yang seharusnya ditunjukan kepada kedua orang tuanya.
Pada tahap ini anak mampu menempatkan diri pada posisi orang lain.
c.
Tahap Siap Bertindak (Game
Stage)
Memasuki tahap ini, seorang anak mulai mengurangi proses peniruan. Mereka
secara langsung mulai berani memainkan peranan dirinya dengan penuh kesadaran.
Kemampuanya dalam menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat.
Peningkatan itu ditunjuk-kan dengan adanya kemampuan untuk bermain dalam
kelompok atau tim. Permainan yang menunjukan kerjasama dalam tim antara lain
permainan sepak bola, bola voli, dan lain-lain. Keterlibatan seseorang berperan
dalam tim meningkatkan kemampuan bekerja sama dan tumbuh rasa kebersamaan dalam
kelompok. Rasa kebersamaan akan tumbuh menjadi semangat membela keutuhan
keluarga atau kelompoknya.
Dalam hidup
berkelompok, seseorang memiliki banyak pasangan interaksi.
Semakin banyak teman berinteraksi, hubungannya dengan orang lain semakin
kompleks. Pada tahap ini, seseorang mengalami kemantapan diri melebihi dua
tahap sebelumnya. Norma-norma di luar keluarga atau kelompoknya secara bertahap dapat dipahami. Misalnya,
timbulnya kesadaran bahwa di rumah orang lain terdapat tata krama yang harus
dihormati. Dengan adanya kesadaran seperti itu, anak telah siap berpartisipasi
aktif dalam hidup bermasyarakat.
d.
Tahap penerimaan Norma
kolektif (generalized other)
Pada tahap ini anak telah
memasuki jenjang orang dewasa. Selain dapat menempatkan diri sebagai orang
lain, juga harus dapat menempatkan diri sebagai anggota masyarakat luas. Untuk
ini diperlukan sikap tenggang rasa dengan sesama warga masyarakat. Di samping
itu, tumbuh sikap saling menghargai, kesedian bekerja sama, dan menyadari
sebagai bagian dari warga masyarakat. Seseorang mulai memperhatikan hak-hak
orang lain atas dirinya, di samping hak-haknya sendiri yang dia harapkan
dipenuhi oleh orang lain. Untuk itu diperlukan kesadaran akan adanya berbagai
norma untuk menjamin pergaulan hidup bersama secara harmonis di masyarakat.
Pada tahap ini pula seorang manusia telah menjadi warga masyarakat secara
penuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar